Minggu, 06 Maret 2016

SALING MEMBAYANGKAN




Sedang kubayangkan
kau sedang membayangkan aku.

Di dalam bayanganku
kau menertawakan kepergianku.
Di dalam bayanganmu
aku menangisi perpisahan kita.

Di dalam hatimu
kau merasa menang dan senang.
Di dalam hatiku
aku merasa sedih dan pedih.

Di dalam bayanganku
kau menikmati tangisanku
merdu, katamu.

Di dalam bayanganmu
aku mencermati tawamu
sendu, kataku.

(Angsana, 6 maret 2016)

*note: pic from google image

Selasa, 12 Mei 2015

PERNIKAHAN

Seminggu yang lalu teman karib saya baru saja melangsungkan pernikahan, dan kemarin acara resepsi diadakan di rumahnya. Ada hal lucu (bagi saya) yang terjadi, itulah alasannya saya menulisnya di sini. Tapi sebelumnya mari sedikit bernostalgia dulu!

Kami berteman sudah lumayan lama, sejak kelas 4 SD. Waktu itu kami sama-sama murid pindahan, dan sama-sama memiliki postur tubuh yang kecil mungil (ini berlangsung sampai SMP) sehingga kami langsung akrab. Sungguh tidak ada kemiripan dari kami selain postur tubuh tersebut.

Nah, kemarin siang, saya iseng menggunakan foto pernikahannya sebagai DP di BBM saya, dan inilah yang terjadi:












yakkkkkkkkkkkkkkkk, itu hanya sebagian respon yang saya screenshot. Intinya adalah KAMI DIBILANG MIRIP.
Jadi pas malamnya saya berangkat kondangan dan saya ceritakan hal tersebut dan teman saya ini malah tertawa. Dia malah menambahkan, katanya dia beberapa kali dipanggil dengan nama saya karena disangka dia adalah saya. x_x

Anyway, selamat menempuh hidup baru untuk temanku, semoga mennjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah, dan semoga lekas diberi momongan. Dan semoga yang dibilang irip bisa segera menyusul, amin.
And here goes, foto yang menjadi sumber tragedinya:



Rabu, 25 Maret 2015

My Love, My Bride


Beberapa hari yang lalu saya baru saja nonton film korea dengan judul diatas. Dari judulnya udah jelas film ini mengisahkan tentang apa kan. Ya, PERNIKAHAN. Lebih tepatnya tentang liku-liku rumah tangga.

Di sini saya tidak akan menuliskan sinopsis atau movie review karna pasti udah bejibun di google.

Yang pertama kali membuat saya tertarik untuk menonton film ini adalah pemeran utama wanitanya. Shin Min-Ah yang berperan sebagai Mi-Young. Saya biasa menyebut wanita ini Gumiho karena perannya di drama yang cukup populer di masanya; My Girl Friend is Gumiho.

Dalam film ini banyak menampilkan konflik yang mungkin terjadi di sebagian besar rumah tangga pengantin baru. Mungkin juga akan saya alami dalam rumah tangga saya kelak.

Waktu menonton, saya benar-benar hanyut dalam alur cerita. Entahlah, saya merasa ceritanya benar-benar real. Mungkin karena para pemeran dalam film ini memainkan karakter masing-masing dengan apik, atau mungkin juga karna saya sudah kebelet nikah (halahhhhhhh).

Di bagian "Rumah Baru" saya ngakak liat Young-Min (diperankan oleh Jo Jung-Suk) yang bentar-bentar minta "jatah". Pokoknya kocak dan saya mikir apakah saya akan seperti itu juga nantinya hahahaha. Sumpah film ini membuat saya mengkhayal tentang rumah tangga saya nanti. Malah kadang saya cocok-cocokin sendiri. Saya membayangkan semua konflik itu saya hadapi.

Ada dialog yang lumayan menggelitik di Bagian "omelan", kalau tidak salah begini bunyinya:
Teman Young-Min: "apa tisu yang kami beri saat syukuran rumah baru masih ada sisanya?"
Young-Min: "sudah habis"
Teman Young-Min: "itu berarti masa manis pernikahan resmi berakhir"
Saya langsung mikir 'secepat itukah manisnya pernikahan berakhir?'.

Ngomong-ngomong disini saya kebanyakan mikir ya, hahahaha.

ada beberapa quotes yang saya suka, diantarannya:
Bagi wanita tak ada istilah cinta pertama. Jadi, cinta pertama bukanlah orang pertama yang dicintainya....tapi, kenangan pertama dari pria yang dicintainya sekarang.

Memang benar hidup ini bagai puisi dan puisi adalah alasan hidup......tapi, jangan biarkan puisi merenggut sesuatu yang berharga bagimu. Puisi ada untuk sesuatu yang berharga bagimu.
Pokoknya ini film rekomen lah buat kamu yg mau nikah atau baru nikah :D
Kalau penasaran mau nonton, silahkan download  DISINI

Rabu, 19 November 2014

Diam

ada yang diam-diam menyeduh sepi,
lalu menikmatinya sendiri.

di ujung jemari
bulan sedang tak ada, sembunyi.
di balik awan
perasaan dan logika saling melawan
dan rindu sibuk berkelana mencari kawan.

ada yang diam-diam menaruh benci,
lalu melangkah pergi.

sebab barangkali ia tak ingin kembali
mengulangi dan mengarungi kesedihan lama, yang sama
yang mulai basi
dan pengorbanan hanyalah
sesuatu yang sia-sia.

ada yang perlahan mati,
lalu mengubur jasadnya sendiri.

Sabtu, 19 April 2014

Aku Penjahit Hebat

sepeninggalmu, aku selalu belajar menjadi penjahit hebat,
seperti ibumu.
aku ingin menjahit luka di dada ini serapi mungkin
agar tiada jejak yang kausisakan
yang barangkali kelak aku butuhkan untuk menuntaskan dendam.

setiap hujan atau malam, jemariku menari rapi
memainkan jarum yang lebih tajam dari lidah sebuah perpisahan
menyulam benang warna-warni, sepanjang jarak aku dan kamu, kini.

sejak aku mengenal sajak, jemariku semakin lentik.
aku semakin sering menjahit hingga kerap melupakan waktu yang semakin renta
kalimat, bagiku adalah benang paling panjang.

di punggungku, kujahitkan sepasang sayap warna merah.
kautahu? sayap itu milik kita dahulu
yang kaupatahkan sebelum fajar bangun dari tidurnya.
saat itu aku ingin membawamu terbang ke tempat cinta bisa di kekalkan
pada sepasang buku yang berisi sumpah janji-janji
dan foto aku dan kamu.


Kamis, 02 Mei 2013

BOS, Hari Pendidikan, dan Loper Koran

Hari Pendidikan Nasional, disingkat HARDIKNAS, adalah hari yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan di Indonesia dan pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa, diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya.[1]
Kutipan di atas adalah sepotong paragraf di Wikipedia mengenai  Hari Pendidikan Nasional yang bertepatan dengan hari ini. Pagi tadi, saya menikmati day-off dengan duduk santai sendirian di beranda, ditemani segelas teh buatan pembantu kost-an dan sebuah gitar butut--yang senarnya putus satu.

Di sebelah kost tempat saya tinggal adalah sebuah sekolah SMP. Dari tempat saya duduk, saya mendengarkan suara para siswa dan guru-gurunya melakukan upacara. Saya bisa mendengar jelas, karena selain dekat, mereka menggunakan pengeras suara. Serius, jiwa nasionalis saya bangkit, ingin rasanya mengikuti upacara tersebut, tapi..... ah sudahlah, ini tidak ada hubungannya dengan apa yang ingin saya sampaikan pada tulisan ini. :)

Sewaktu asik dengan gitar dan beberapa lagu kesayangan, datang seorang bapak-bapak dengan sepeda motor bututnya. Ternyata bapak itu seorang loper koran. Sewaktu turun dari motornya, bapak itu langsung meraih sebuah koran dan menunjuk satu topik yang menjadi headline di koran tersebut.




"coba lihat ini! mau masuk SD saja harus bayar 10 Juta, sama saja membuat anak orang-orang miskin seperti saya ini buta huruf, padahal katanya pendidikan gratis sampai SLTA" kata bapak itu dengan raut muka kesal. Saya jadi bingung mau menanggapi bagaimana, bapak itu berkata seolah saya ini pejabat Dinas Pendidikan. Akhirnya saya cuma tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

Seperginya bapak loper koran itu, saya teringat beberapa obrolan saya dengan ibu saya--yang kebetulan seorang guru SD-- mengenai BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Waktu itu, saya menanyakan perihal pengalokasian dana BOS dan pengaruhnya terhadap biaya sekolah di tempat beliau mengajar.

Kata ibu, "tujuan BOS sebenarnya untuk membebaskan siswa dari pungutan dalam bentuk apapun, tapi pada kenyataannya, para siswa harus membayar pungutan-pungutan lain". Lalu, apa bedanya dengan tidak ada BOS???

Saya kembali teringat pada waktu saya masih duduk di bangku SLTA, tahun ajaran 2005/06 - 2007/08. Waktu itu program BOS sudah dijalankan. Dengan adanya BOS, iuran bulanan BP3 ditiadakan, katanya iuran itu sudah tertutupi oleh dana BOS. Tapi, dari pihak sekolah mewajibkan sebuah pungutan baru yang bernama Iuran Komite Sekolah--yang biayanya justru lebih mahal dari BP3. Mungkin, itu yang dimaksud ibu saya dengan pungutan lain.

Sekarang, sudah benar-benar GRATIS kah mengenyam pendidikan "Wajib Belajar 9 Tahun" di negara kita yang tercinta ini???

Selasa, 16 April 2013

Reuni Go_Kill Team #Part2


Di tempat itu, di halaman masjid, perdebatan dengan calo pun kembali terjadi. Kali ini Jaja dan Alay terlihat tenang, mereka punya Dikis. Dikis ini konon katanya punya segudang pengalaman menghadapi calo. Harap maklum, jam terbangnya tinggi. Jurus andalannya cuma satu, PASANG MUKA MELAS. Tapi kali ini kurang berhasil, mereka saling ngotot.

“iki lho mas, tarif pemerintah 140ribu” calo itu menunjukkan sebuah tiket.
“wah, emoh aku nek semono, lha wong aku rombongan lho cak limo, mosok semono” Dikis ngotot.
“yowes sampean njaluk’e piro? Aku paham ae kantonge cah kuliahan ki”.
“sik, fasilitase opo sik iki?”
“yo standar mas, TV, selimut, AC, mangan WC”. (maaf saya melewatkan satu tanda koma)
“iso ngeces ora mas?” Alay yang dari tadi sibuk ngobrol dengan yang lain langsung menyahut.
“iso mas, ngeces sampe elek” jawab calo itu sambil tertawa.
“yesssss” Alay kegirangan.
“nyatusan wes, piye?” Dikis menawar.
“lah sampean mbok kiro-kiro nek nawar mas mas! Suroboyo-Denpasar iku adoh lho”
“lha biasane semono kok” jawab Dikis.
“oke, lek memang sampean biasane semono, saiki tak takon, sampean biasa numpak bis opo?”.
Seketika Dikis pucat. Ternyata dia hanya pura-pura, dan tak tau harus jawab apa.

Sementara itu, tak jauh dari tempat perdebatan itu terjadi, Jaja, Alay, Ucok dan Bunga sedang asyik bercengkrama, melepas kangen. Mereka benar-benar menyerahkan semuanya pada Dikis. Itulah gunanya teman, kata mereka.

***

Kesepakatan pun akhirnya tercapai, 125rb/orang. Lumayan dapat potongan 15ribuan, pikir mereka. Sebelum ke tempat parkir busnya, mereka pamit maghriban dulu, kebetulan adzan baru berkumandang.

Setelah membayar karcis dan memilih kursi, mereka langsung naik. Dikis menanyakan pesannya pada Jaja dan Alay soal KTP. Ya, jadi semua orang yang akan masuk pulau Bali akan diperiksa identitasnya, kalo tidak bawa KTP maka tidak diperbolehkan masuk, begitu katanya Dikis duduk sama Bunga, Alay sama Jaja, dan Ucok sendirian.

“asyik aku sendirian, kursinya luas, bisa bobok selonjor” kata ucok kegirangan.
“ya berdoa aja biar gak ada yang duduk di sebelahmu Cok! Atau kamu pasang muka sangar biar pada takut!” Jaja memberi usulan.
“gak perlu dipasang juga mukaku udah sangar kaliii” Ucok pun sadar diri.
“eh Ja, endi yo jarene mau ono colokan neng bis? Tak golek’i kok gak ketemu” tiba-tiba Alay menimpali.
“lha awakmu mau takone piye?”.
“iso ngeces kah mas?” “trus jarene iso ngono og”.
“maksud’e iku Lay, awakmu iso turu nyampe ngeces ngono lho, nyampe ngiler ngono, mosok gak mudeng”. Jaja mencoba menjelaskan.
“wah licik, diapusi meneh aku”.
“salahmu dewe takon sing aneh-aneh, memange koe tau ndelok bis sing ono colokane nang sebelah kursi”.
“hehe, enggak sih” jawab Alay sambil cengengesan.
“eh, tapi ngomong-ngomong kok panas banget yo” Bunga menimpali.
“iyo e, ACne gak nyala koyok’e” jawab Dikis sambil kipasan pake tas.

Tidak berapa lama, pak kondektur masuk bus dan menjelaskan bahwa penumpang akan dipindah ke bus yang lain karena AC bus sedang rusak dan belum bisa diperbaiki. Mereka pun pindah, dengan formasi tempat duduk yang sama. Kecuali Ucok, sekarang dia duduk agak di depan dan sebelahan sama bapak-bapak bau menyan. Kasihan.

***

Sementara itu, terdengar ribut-ribut di luar bus. Tampak seorang bapak-bapak dengan tas besarnya dikerubungi beberapa orang yang memegang tiket. Ternyata mereka sedang tawar menawar. Lalu bapak itu pun masuk ke bus dengan wajah kesal, dia duduk di bangku depan Jaja dan Alay.

“ada apa pak tadi kok ribut-ribut di luar?” sifat kepo Jaja muncul.
“itu lho mas, masa harga tiketnya mahal bener, ditawar malah ngomel” jawab bapak itu.
“lho memangnya tadi kena berapa pak?” Dikis ikut mengintrogasi.
“100ribu mas, biasanya cuma 80ribu. Kalo sampean tadi kena berapa?”
*hening*

***

Bus berangkat sekitar pukul 20:00 WIB, meninggalkan terminal, meninggalkan bekas ban, meninggalkan mas-mas calo yang mungkin lagi ketawa-ketiwi dapat untung banyak. Sementara di bus, Go_Kill Team sedang sibuk sendiri-sendiri. Alay sibuk benerin selimut, Jaja sibuk twitteran, Ucok sibuk cari mimpi (buat nembak nomer togel), sedangkan Dikis dan Bunga, entah sibuk apa. *uhuk*

Tak terasa waktu terus berputar, bus terus melaju, semakin jauh meninggalkan masa lalu, dan kenangan seperti kota-kota, ditinggalkan begitu saja, tanpa iba (ini kenapa saya malah ngelantur) *dikeplak pembaca*.

Akhirnya bus sampai dan berhenti di sebuah rumah makan, entah di kota mana. Dan para penumpang turun semua. Ada yang ke toilet, ada yang ke mushola, ada yang langsung makan, dan ada juga yang sibuk nyari colokan. Dia tidak lain adalah si Alay.

Sambil menikmati makan malam, mereka nonton siaran bola. Waktu itu yang main Everton. Jaja, Ucok dan Dikis membicarakan si kribo Fellaini, pemain andalan Everton. Sementara Alay cuma mendengarkan. Ya, si Alay memang kurang ngerti soal bola. Pernah beberapa waktu sebelumnya Alay dan Jaja ngobol soal baju bola, begini dialognya:

“Ja, awakmu tuku klambi iku online kah?” Tanya Alay sambil menunjuk jersey Barca yang dipakai Jaja.
“iyo, lha ngopo emange?”
“aku bar tuku juga, tapi wes seminggu rung tekan e, jarene nyasar nang Banjar”
“alamak, diapusi paling awakmu. eh, emange koe pesen jersey opo?”
“sing pasangan lanang wedok kae lho, sing warna putih”
“ohh, MU kah?”
“lain, AON”.


jersey MU away

*Jaja langsung kejang-kejang.*

***

Sudah hampir subuh, dan bus pun sampai di pelabuhan Ketapang. Tidak perlu antri, bus langsung naik ferri dan berlabuh membelah selat Bali. Sebagian penumpang masih asyik mimpi, dan sebagian turun dari bus. Jaja, Ucok dan Alay juga turun, mereka berencana mau ngopi, sambil nge-Popmie, sambil lihat sunrise. Mereka naik ke dek atas, dengan masing-masing membawa segelas kopi yang dibeli di kantin.

Ucok & Alay dengan muka sok imutnya


Kapal bersandar di pelabuhan  Gilimanuk, para penumpang sudah kembali ke kursinya masing-masing. Pak kondektur mengingatkan penumpang untuk mempersiapkan KTPnya, sebentar lagi akan melewati pos pemeriksaan.

Alay dan Jaja jalan belakangan, di depan nampak Dikis dan Bunga berbelok masuk kantor petugas, padahal yang lain terus jalan lurus, lalu Ucok juga belok. Jaja bingung, Alay tetap santai.

"mas, cepat naik! kita sudah mau berangkat" Supir bus itu meneriaki Jaja dan alay.

"entar pak, teman saya masih di kantor" jawab Jaja.
"kenapa lagi, gak bawa KTP kah? sudah dari awal dikasih tau malah nyusahin. sudah cepat naik! tinggal aja mereka!" Pak supir emosi.
"yang benar aja mau ditinggal, memangnya mereka bayar tiketnya separuh" Jaja ikutan emosi, Alay tetap santai.

Sementara itu, di kantor petugas pemeriksaan:

Petugas: "kenapa gak bawa KTP?"
Ucok: "saya bawa SIM pak, ini!"
Petugas: "saya bukan sedang razia motor, saya tanya KTP"
Bunga: "saya bawa KTP pak, tapi sudah expired"
Petugas: "hmmmmm, yasudah gini aja, mumpung saya sedang berbaik hati, kita atur enaknya aja, masing-masing kalian harus bayar  denda 100rb!"
Ucok + Dikis + Bunga: "HAAAAAAAAH???"
Petugas: "ya terserah kalian saja, kalo mau lewat ya harus bayar segitu, kalo gak mau ya terpaksa harus pulang"
Ucok: "tapi uang saya tinggal segini pak". Ucok menunjukkan dompetnya yang berisi selembar 50ribuan dan dua lembar 2ribuan.
Petugas: "maaf, saya bukan sedang jualan, tolong jangan ditawar-tawar!"
Dikis: "tolonglah pak! kasihani kami!". Akhirnya keluarlah jurus andalan Dikis, PASANG MUKA MELAS.
Petugas: "Yasudah lah, mumpung masih pagi, semoga jadi penglaris".

Akhirnya petugas itu mempersilahkan mereka meninggalkan kantor untuk melanjutkan perjalanan. Sampai di bus, mereka langsung dapat omelan dari pak supir. kasihan. Jaja malah ketawa, dan Alay tetap santai.

Sebelum tengah hari, tibalah mereka di terminal kedatangan. Seperti orang hilang, bingung, toleh sana toleh sini. Untungnya di sana tak seperti di terminal lain, lebih tertib dan calonya tidak terlalu ganas. Jaja langsung nyari toilet, Bunga ikutan, yang lain pada nunggu di luar. Pas keluar, Jaja langsung nyelonong aja, dan seorang ibu-ibu meneriaki dengan lantang.
"mas mas, bayar dulu! 2013 gak ada yang gratisan".
"oh, maaf bu, saya gak liat tadi, gak ada tulisan suruh bayarnya juga" jawab Jaja sedikit mengelak sambil memberikan selembar 2ribuan.
Dikis memperhatikan dari luar sambil tertawa, sementara Alay sibuk dengan bb-nya. Tak berapa lama, Bunga keluar dari toilet. Hal yang terjadi pada Jaja tadi pun terjadi lagi pada Bunga, Dikis dan Jaja tertawa, sementara Alay masih sibuk dengan bb-nya.
Tiba-tiba Alay bilang mau ke toilet, yang lain saling bertatapan dan senyum-senyum. Mereka mengamati pintu toilet, menunggu Alay keluar. 1menit, 2menit, 5menit, 10menit, dan akhirnya yang ditunggu-tunggu pun keluar juga. Mereka menahan tawa, seolah tahu apa yang kan terjadi. Dan benar, Alay keluar nyelonong saja dan ibu-ibu penjaga toilet tadi meneriakinya. Tawa pun pecah, dan Alay tetap santai.

Tawar menawar pun kembali terjadi. Kali ini dengan supir taksi. Didik kembali maju sebagai andalan. Tapi kali ini tidak mempan, pendirian pak supir lebih kokoh dibanding tawaran si Dikis. Karna tidak ingin berlama-lama di terminal itu, mereka nurut saja sama tarif yang diminta supir, 125ribu sampai Jalan Poppies 2.

Mereka akhirnya berangkat dengan 1 taksi. Ya, 5 penumpang sekaligus. Jangan heran! ini Bali bung.  (bersambung.....)

Temans