Di tempat itu, di halaman masjid, perdebatan
dengan calo pun kembali terjadi. Kali ini Jaja dan Alay terlihat tenang, mereka
punya Dikis. Dikis ini konon katanya punya segudang pengalaman menghadapi calo.
Harap maklum, jam terbangnya tinggi. Jurus andalannya cuma satu, PASANG MUKA
MELAS. Tapi kali ini kurang berhasil, mereka saling ngotot.
“iki lho mas, tarif pemerintah 140ribu” calo itu
menunjukkan sebuah tiket.
“wah, emoh aku nek semono, lha wong aku
rombongan lho cak limo, mosok semono” Dikis ngotot.
“yowes sampean njaluk’e piro? Aku paham ae
kantonge cah kuliahan ki”.
“sik, fasilitase opo sik iki?”
“yo standar mas, TV, selimut, AC, mangan WC”.
(maaf saya melewatkan satu tanda koma)
“iso ngeces ora mas?” Alay yang dari tadi sibuk
ngobrol dengan yang lain langsung menyahut.
“iso mas, ngeces sampe elek” jawab calo itu
sambil tertawa.
“yesssss” Alay kegirangan.
“nyatusan wes, piye?” Dikis menawar.
“lah sampean mbok kiro-kiro nek nawar mas mas!
Suroboyo-Denpasar iku adoh lho”
“lha biasane semono kok” jawab Dikis.
“oke, lek memang sampean biasane semono, saiki
tak takon, sampean biasa numpak bis opo?”.
Seketika Dikis pucat. Ternyata dia hanya
pura-pura, dan tak tau harus jawab apa.
Sementara itu, tak jauh dari tempat perdebatan
itu terjadi, Jaja, Alay, Ucok dan Bunga sedang asyik bercengkrama, melepas
kangen. Mereka benar-benar menyerahkan semuanya pada Dikis. Itulah gunanya
teman, kata mereka.
***
Kesepakatan pun akhirnya tercapai, 125rb/orang.
Lumayan dapat potongan 15ribuan, pikir mereka. Sebelum ke tempat parkir busnya,
mereka pamit maghriban dulu, kebetulan adzan baru berkumandang.
Setelah membayar karcis dan memilih kursi,
mereka langsung naik. Dikis menanyakan pesannya pada Jaja dan Alay soal KTP. Ya, jadi semua
orang yang akan masuk pulau Bali akan diperiksa identitasnya, kalo tidak bawa
KTP maka tidak diperbolehkan masuk, begitu katanya Dikis duduk sama Bunga, Alay sama Jaja, dan Ucok
sendirian.
“asyik aku sendirian, kursinya luas, bisa bobok
selonjor” kata ucok kegirangan.
“ya berdoa aja biar gak ada yang duduk di
sebelahmu Cok! Atau kamu pasang muka sangar biar pada takut!” Jaja memberi
usulan.
“gak perlu dipasang juga mukaku udah sangar
kaliii” Ucok pun sadar diri.
“eh Ja, endi yo jarene mau ono colokan neng bis?
Tak golek’i kok gak ketemu” tiba-tiba Alay menimpali.
“lha awakmu mau takone piye?”.
“iso ngeces kah mas?” “trus jarene iso ngono
og”.
“maksud’e iku Lay, awakmu iso turu nyampe ngeces
ngono lho, nyampe ngiler ngono, mosok gak mudeng”. Jaja mencoba menjelaskan.
“wah licik, diapusi meneh aku”.
“salahmu dewe takon sing aneh-aneh, memange koe
tau ndelok bis sing ono colokane nang sebelah kursi”.
“hehe, enggak sih” jawab Alay sambil
cengengesan.
“eh, tapi ngomong-ngomong kok panas banget yo”
Bunga menimpali.
“iyo e, ACne gak nyala koyok’e” jawab Dikis
sambil kipasan pake tas.
Tidak berapa lama, pak kondektur masuk bus dan
menjelaskan bahwa penumpang akan dipindah ke bus yang lain karena AC bus sedang
rusak dan belum bisa diperbaiki. Mereka pun pindah, dengan formasi tempat duduk
yang sama. Kecuali Ucok, sekarang dia duduk agak di depan dan sebelahan sama
bapak-bapak bau menyan. Kasihan.
***
Sementara itu, terdengar ribut-ribut di luar
bus. Tampak seorang bapak-bapak dengan tas besarnya dikerubungi beberapa orang
yang memegang tiket. Ternyata mereka sedang tawar menawar. Lalu bapak itu pun
masuk ke bus dengan wajah kesal, dia duduk di bangku depan Jaja dan Alay.
“ada apa pak tadi kok ribut-ribut di luar?”
sifat kepo Jaja muncul.
“itu lho mas, masa harga tiketnya mahal bener,
ditawar malah ngomel” jawab bapak itu.
“lho memangnya tadi kena berapa pak?” Dikis ikut
mengintrogasi.
“100ribu mas, biasanya cuma 80ribu. Kalo sampean
tadi kena berapa?”
*hening*
***
Bus berangkat sekitar pukul 20:00 WIB,
meninggalkan terminal, meninggalkan bekas ban, meninggalkan mas-mas calo yang
mungkin lagi ketawa-ketiwi dapat untung banyak. Sementara di bus, Go_Kill Team
sedang sibuk sendiri-sendiri. Alay sibuk benerin selimut, Jaja sibuk twitteran,
Ucok sibuk cari mimpi (buat nembak nomer togel), sedangkan Dikis dan Bunga,
entah sibuk apa. *uhuk*
Tak terasa waktu terus berputar, bus terus
melaju, semakin jauh meninggalkan masa lalu, dan kenangan seperti kota-kota,
ditinggalkan begitu saja, tanpa iba (ini kenapa saya malah ngelantur) *dikeplak
pembaca*.
Akhirnya bus sampai dan berhenti di sebuah rumah
makan, entah di kota mana. Dan para penumpang turun semua. Ada yang ke toilet,
ada yang ke mushola, ada yang langsung makan, dan ada juga yang sibuk nyari
colokan. Dia tidak lain adalah si Alay.
Sambil menikmati makan malam, mereka nonton
siaran bola. Waktu itu yang main Everton. Jaja, Ucok dan Dikis membicarakan si
kribo Fellaini, pemain andalan Everton. Sementara Alay cuma mendengarkan. Ya,
si Alay memang kurang ngerti soal bola. Pernah beberapa waktu sebelumnya Alay
dan Jaja ngobol soal baju bola, begini dialognya:
“Ja, awakmu tuku klambi iku online kah?” Tanya
Alay sambil menunjuk jersey Barca yang dipakai Jaja.
“iyo, lha ngopo emange?”
“aku bar tuku juga, tapi wes seminggu rung tekan
e, jarene nyasar nang Banjar”
“alamak, diapusi paling awakmu. eh, emange koe
pesen jersey opo?”
“sing pasangan lanang wedok kae lho, sing warna
putih”
“ohh, MU kah?”
“lain, AON”.
jersey MU away
*Jaja langsung kejang-kejang.*
***
Sudah hampir subuh, dan bus pun sampai di
pelabuhan Ketapang. Tidak perlu antri, bus langsung naik ferri dan berlabuh
membelah selat Bali. Sebagian penumpang masih asyik mimpi, dan sebagian turun
dari bus. Jaja, Ucok dan Alay juga turun, mereka berencana mau ngopi, sambil
nge-Popmie, sambil lihat sunrise. Mereka naik ke dek atas, dengan masing-masing
membawa segelas kopi yang dibeli di kantin.
Ucok & Alay dengan muka sok imutnya
Kapal bersandar di
pelabuhan Gilimanuk, para penumpang
sudah kembali ke kursinya masing-masing. Pak kondektur mengingatkan penumpang
untuk mempersiapkan KTPnya, sebentar lagi akan melewati pos pemeriksaan.
Alay dan Jaja jalan
belakangan, di depan nampak Dikis dan Bunga berbelok masuk kantor petugas,
padahal yang lain terus jalan lurus, lalu Ucok juga belok. Jaja bingung, Alay
tetap santai.
"mas, cepat naik! kita sudah mau berangkat" Supir bus itu meneriaki Jaja dan alay.
"entar pak, teman saya masih di kantor" jawab Jaja.
"kenapa lagi, gak bawa KTP kah? sudah dari awal dikasih tau malah nyusahin. sudah cepat naik! tinggal aja mereka!" Pak supir emosi.
"yang benar aja mau ditinggal, memangnya mereka bayar tiketnya separuh" Jaja ikutan emosi, Alay tetap santai.
Sementara itu, di kantor petugas pemeriksaan:
Petugas: "kenapa gak bawa KTP?"
Ucok: "saya bawa SIM pak, ini!"
Petugas: "saya bukan sedang razia motor, saya tanya KTP"
Bunga: "saya bawa KTP pak, tapi sudah expired"
Petugas: "hmmmmm, yasudah gini aja, mumpung saya sedang berbaik hati, kita atur enaknya aja, masing-masing kalian harus bayar denda 100rb!"
Ucok + Dikis + Bunga: "HAAAAAAAAH???"
Petugas: "ya terserah kalian saja, kalo mau lewat ya harus bayar segitu, kalo gak mau ya terpaksa harus pulang"
Ucok: "tapi uang saya tinggal segini pak". Ucok menunjukkan dompetnya yang berisi selembar 50ribuan dan dua lembar 2ribuan.
Petugas: "maaf, saya bukan sedang jualan, tolong jangan ditawar-tawar!"
Dikis: "tolonglah pak! kasihani kami!". Akhirnya keluarlah jurus andalan Dikis, PASANG MUKA MELAS.
Petugas: "Yasudah lah, mumpung masih pagi, semoga jadi penglaris".
Akhirnya petugas itu mempersilahkan mereka meninggalkan kantor untuk melanjutkan perjalanan. Sampai di bus, mereka langsung dapat omelan dari pak supir. kasihan. Jaja malah ketawa, dan Alay tetap santai.
Sebelum tengah hari, tibalah mereka di terminal kedatangan. Seperti orang hilang, bingung, toleh sana toleh sini. Untungnya di sana tak seperti di terminal lain, lebih tertib dan calonya tidak terlalu ganas. Jaja langsung nyari toilet, Bunga ikutan, yang lain pada nunggu di luar. Pas keluar, Jaja langsung nyelonong aja, dan seorang ibu-ibu meneriaki dengan lantang.
"mas mas, bayar dulu! 2013 gak ada yang gratisan".
"oh, maaf bu, saya gak liat tadi, gak ada tulisan suruh bayarnya juga" jawab Jaja sedikit mengelak sambil memberikan selembar 2ribuan.
Dikis memperhatikan dari luar sambil tertawa, sementara Alay sibuk dengan bb-nya. Tak berapa lama, Bunga keluar dari toilet. Hal yang terjadi pada Jaja tadi pun terjadi lagi pada Bunga, Dikis dan Jaja tertawa, sementara Alay masih sibuk dengan bb-nya.
Tiba-tiba Alay bilang mau ke toilet, yang lain saling bertatapan dan senyum-senyum. Mereka mengamati pintu toilet, menunggu Alay keluar. 1menit, 2menit, 5menit, 10menit, dan akhirnya yang ditunggu-tunggu pun keluar juga. Mereka menahan tawa, seolah tahu apa yang kan terjadi. Dan benar, Alay keluar nyelonong saja dan ibu-ibu penjaga toilet tadi meneriakinya. Tawa pun pecah, dan Alay tetap santai.
Tawar menawar pun kembali terjadi. Kali ini dengan supir taksi. Didik kembali maju sebagai andalan. Tapi kali ini tidak mempan, pendirian pak supir lebih kokoh dibanding tawaran si Dikis. Karna tidak ingin berlama-lama di terminal itu, mereka nurut saja sama tarif yang diminta supir, 125ribu sampai Jalan Poppies 2.
Mereka akhirnya berangkat dengan 1 taksi. Ya, 5 penumpang sekaligus. Jangan heran! ini Bali bung. (bersambung.....)