di antara milyaran kata yang mentah, muntah.
entahlah
barangkali jarum waktu sudah berkarat, sekarat
dan lidahku juga
terasa semakin tumpul untuk sekedar menyebut namamu
sebab, ungumu memudar jadi abu-abu.
aku umpamakan hati ini sebuah rumah
dan kau adalah
penghuni yang paling betah.
lalu tiba-tiba
tanpa iba kau pergi
tapi
pintunya lupa kau kunci (ini salahmu)
dan aku bermanis rupa, pura-pura.
sesungguhnya
kau adalah sepucuk surat yang salah alamat
kau adalah sepucuk surat yang salah alamat
dan aku terlanjur membuka, bahkan akan membacanya.
apa aku masih layak kau kasih maaf?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar