semalam tidurku dihinggapi sepenggal mimpi
tentang aku, ombak, pasir, dan sebuah mimpi.
di sana aku nampak berbeda.
aku seperti malaikat, yang sayapnya patah, berdarah-darah.
terdampar sendirian pada sebongkah pulau kecil berpasir
yang hutannya lebih lebat dari tangisanmu sekalipun.
gulungan ombak berputar melingkar, persis disekelilingnya
dan aku malah sibuk melantunkan dengkur ke sepenjuru pulau, sambil
bermimpi.
di mimpi yang ada dalam mimpiku,
hanya nampak kau.
tapi bukan seperti kau yang (pernah) mencintai aku itu.
matamu, matahari yang hampir sekarat di ujung barat
yang sinarnya mendelik sinis seperti ikan kehausan, yang tajam,
yang kejam.
air matamu, hujan. jatuh bersamaan.
lalu menggenang jadi samudra jingga, yang amis dan kental.
sayangnya
hanya itu yang ku ingat.
selebihnya, lenyap. tenggelam ditelan malam.
setelah terjaga, ku lanjutkan mimpi itu.
ku gunduli hutan tadi.
lalu, darinya akan ku buat perahu yang lebih melengkung dari
senyumanmu
biar nanti ku arungi lautan dukaku; sendiri.
*note: puisi ini aku tulis untuk meramaikan sebuah event lomba puisi yang diadakan oleh rekan @bait_puisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar