kita paduan suara yang gagal
melantangkan ini-itu seribu nyaring
dan telinga Tuhan hanya meraba hening.
entahlah, barangkali nadamu terlampau lampau
dengan apa aku harus menjangkau?
bunyi-bunyi yang kian ganjil
bagiku
tak perlu lagi bibirmu yang taring
mencabik kanvas di kepalaku
tidakkah kau mengenal waktu?
ini jalannya
kita harus kembali aku-kamu
pergi sendiri-sendiri
kembang tidur-sadar jadi kompasnya
kau ke timur, aku ke barat
bila pijakan kita sama bulat
tentu bertemu kembali; nanti.
dan aku tetap akan menjadi bunyi
yang menggenap di setiap nada ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar