bila aku umpama rumah
maukah kau singgah?
pintuku cuma satu
ku letakkan tepat di depanmu
kau bisa masuk
tanpa mengetuknya lebih dulu.
jendelanya dua, bening
gemar basah, dulu.
di ruang tamu hanya ada kursi-meja sepasang
dan fotomu yang belum terpajang
di belakang, yang warna merah itu tempat sampah
tempat segalaku yang darah, tumpah.
nanti, bila kau ingin tinggal lebih lama
jangan lupa mengunci pintunya
dari dalam,
jendela biarkan saja terbuka
biar angin masuk menjenguk sejuk,
cahaya melukis warna, dan
bunyi membawa tawa; untuk kita.
dan,
bila aku umpama rumah
maukah kau menjadi tanah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar