Pagi ini surya sudah meninggi, menjauhi gunung tempat ia
dimuntahkan mentah-mentah, merah. Ada yang menggelitik mataku, geli sekali.
Matahari selalu berangkat dari timur, dan tak pernah pulang ke sana barang
sekali. (ah, mungkin nanti saat bumi mati. anggap saja itu masih lama).
Setiap hal yang melintasi sepasang mataku, kerap kali
membangunkan jasad mu di dadaku. Entahlah, barangkali engkau hanya berpura-pura
mati. ah andai saja kepingan hatiku bisa mengkonfirmasi.
Ku lihat lagi surya itu, semakin tinggi, seperti mimpi-mimpi
mu. Sementara sayap yang dijahit waktu belum juga selesai. bagaimana nanti aku
mengantarmu ke sana? ragu membungkamku. ah, andai saja kepingan hatimu mau
bernegosiasi.
Kadang-kadang, aku ingin mengajakmu naik pesawat. Biar kau
lihat sendiri, tak ada yang menarik di atas ini, tak ada apa-apa selain
ketakutan jatuh dan matahari tetap saja jauh, tinggi sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar