Kali ini saya akan mencoba menulis puisi yang lebih
sederhana lagi.
Sebenarnya saya suka bingung saat mencari inspirasi untuk
bermetafora, bahkan terkadang suka minder saat menyimak bait-bait puisi karya
teman-teman melalui akun twitter @puisi__cinta dan @sajak_cinta.
Ah, mereka pandai benar bermain kata. Memaksimalkan 140
karakternya untuk bermetafora, menyampaikan maksud dan tujuannya melalui bait
sederhana. Kemudian saya pun langsung tergoda untuk turut bermain kata.
Berfikir, membayangkan, lalu menuliskan di handset yang selalu saya bawa
kemana-mana (bahkan ke toilet pun terkadang saya bawa :)) . Bahkan twit-twit
puisi saya tidak jarang menginap di folder draft hanya karena kehabisan
kata-kata.
Meskipun pada dasarnya saya tidak suka dikritik, tapi saya
mohon komentar dan masukannya untuk saya jadikan pembelajaran. Terimakasih
Baik, ini hasilnya. Sebuah puisi sederhana yang saya buat
dadakan.
Andai Andai si Pandaibila aku pohonaku ingin yang tumbuh di belakang rumah mupohon jati katamuapa sajalah, asal jarak bukan lagi musuh bagi aku dan kamu, dan keluarga mu.bila aku bukuaku ingin yang selalu akan kau baca lagiAl-Quran katamuapa sajalah, asal waktu tidak lagi menjadikanku masa lalu.bila buku dibuat dari pohon-pohon kayujarak dan waktu hanyalah patung tak berindratak bisa melihat bintang yang lebih nyalatak bisa mencium bunga yang lebih menggodatak bisa mendengar lagu yang lebih bernadatak bisa mengecap gula yang lebih berasatak bisa merasa angin yang lebih merabadan seharusnya, hanya ada kita.
*Aku tulis ini malam hari, sendiri. kipas angin menyala,
berputar di angka 3. Irama dangdut koplo menggerak-gerakkan kepala saat ketikan
jeda. Puisi ku masih tentang mu, cinta.
Bagi ku, kaulah tempat kata-kata bermuara. Aku hanya perlu memungutnya beberapa
lalu menyusunnya. Kau tahu, aku sedang bolos terawih. Tubuhku lelah. Di kepala ku hanya ada kantuk dan kamu. Dan kamu
lebih dominan, menguras sisa-sisa tenaga untuk menulis ini. Terima kasih ya cinta, kamu hebat sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar