Senin, 13 Agustus 2012

2 SMS, 3 Panggilan tak Terjawab

       Aku tinggal di sebuah kota kecil yang terletak lumayan jauh dari Ibukota provinsi. Sehari-hari aku bekerja sebagai mekanik di sebuah perusahaan tambang. Oh iya, sebenarnya ini bukan kampung halaman ku, aku hanya pendatang yang menumpang mencari rejeki di tempat ini.
       Sebagai pemuda yang normal, aku tidak ingin terus-terusan bekerja seperti ini. Karenanya aku memutuskan untuk kuliah sambil bekerja. Ya, aku kuliah di Universitas Terbuka dan mengambil jurusan manajemen. Sebenarnya tidak ada hubungannya dengan jurusan sekolah ku sebelumnya, karena aku lulusan SMK jurusan Teknik Mesin. Aku berharap nanti bisa jadi pekerja kantoran. Ah, itu mimpi ku.
       Sudah cukup lama aku bekerja di perusahaan ini, hampir tiga tahun. Sedangkan kuliah ku baru berjalan 2 semester.
       Hari itu Senin, dan aku izin tidak masuk kerja karena hari itu juga ada UAS yang harus aku ikuti. Aku mengikuti ujiannya di Ibukota, jadi aku memutuskan untuk ijin 2 hari. Pagi-pagi sekali, sehabis subuh aku berangkat dengan angkutan antar kota yang oleh orang-orang di sini disebut Taksi. Perjalanan ku tempuh selama hampir empat jam. Setibanya di kota, aku langsung mencari hotel untuk menginap.
Ujian ku jalani mulai siang hari hingga sore. Sepulangnya dari kampus aku tidak langsung ke hotel, melainkan jalan-jalan dulu keliling kota dengan menyewa ojek. Kebetulan hari juga belum terlalu gelap, jadi aku ingin menikmati suasana senja yang temaram di kota.
       Sepulangnya dari jalan-jalan, aku langsung merebahkan diri di kamar hotel. Lelahnya baru terasa, hingga mau mandi saja rasanya malas sekali. Lalu ku raih HP yang mulai siang tadi mendekam di saku celana ku. 2 SMS dan 3 panggilan tak terjawab. Tanpa basa basi ku buka dan kesemuanya dari pacarku di kampung, Nisa. Lalu aku membeli paket telepon hemat dan langsung menelepon kekasihku itu hingga ketiduran.
       Selasa, aku kesiangan. Petugas hotel yang membangunkan aku untuk menanyakan apakah ingin menyewa kamar 1 hari lagi atau mau check-out hari itu juga. Ku lirik jam tangan hadiah ulang tahun dari pacar ku Nisa, pukul 11.24. Astaga, aku harus check-out jam 13.00. kemudian aku bergegas mandi dan mengemasi barang-barang. Aku pulang siang itu juga.
       Di terminal, aku membeli tiket angkutan dan mendapatkan tempat duduk di depan (sebelah supir -red). Aku pun membeli beberapa snack dan minuman botol untuk ku makan di perjalanan nanti. Lalu aku menuju taksi dan langsung duduk di kursi yang sudah ku pesan. Saat aku sudah duduk dengan nyaman, ku perhatikan  tempat duduk di samping ku. Kosong, tapi di depannya di atas dashboard ada sebuah tas ungu, tas wanita.
***
       Namanya Danis. Aku baru tahu namanya setelah taksi sudah cukup jauh meningggalkan terminal. Sebelumnya aku tak cukup berani untuk menyapa. Aku memang tergolong lelaki pemalu. Beruntungnya, ketertarikan ku padanya mengalahkan rasa takut itu sendiri.
       Taksi terus melaju semakin jauh meninggalkan ibukota dan semakin mendekatkan kami. Ternyata Danis sama denganku. Ia juga pendatang di kota kecil ini, tapi ia memiliki keluarga sehingga tidak perlu tinggal di kost seperti aku. Ia bekerja sebagai admin di sebuah perusahaan pertambangan, tapi berbeda dengan tempat ku bekerja. Di kota kecil ini memang ada banyak perusahaan pertambangan. Dari mulai perusahaan asing hingga perusahaan-perusahaan kecil milik penduduk pribumi.
       Sebelum petang aku sudah sampai di ladang rejeki ku, di kota kecil ini. Saat merebahkan tubuh di kamar, ku ambil HP yg hampir seharian ini tidak tersentuh dari saku celana ku. 2 SMS dan 3 panggilan tak terjawab. Ku buka, kedua SMSnya dari Nisa dan 2 panggilan tak terjawab juga darinya. Satunya lagi entah dari siapa, nomor baru. Lalu aku membeli paket telepon hemat dan menelepon Nisa hingga aku ketiduran.
***
       Selasa, seminggu sudah berlalu dan semua normal seperti biasa. Hingga matahari perlahan jatuh di barat sana dan aku baru pulang kerja. Ku raih HP yg seharian benar-benar tidak tersentuh. 2 SMS dan 3 panggilan tak terjawab. Panggilan tak terjawabnya semua dari Nisa dan juga 1 SMSnya. SMS lainnya dari nomor yg tidak ku kenal. Bunyinya begini:
Assalamualaikum, Hai Dit, apa kabar? By Wanita yg seminggu lalu tak sengaja tidur di pundakmu.
       Danis? Ah, jantungku berdebar tanpa aba-aba. Tanpa ku sadari jariku mengetik *100*12#. Aku membeli paket telepon hemat dan kemudian aku menelepon hingga 50 menit berlalu dan aku masih berbicara di telepon. 57 menit sudah, telepon terputus dengan sendirinya, ternyata pulsaku habis dan aku pun memutuskan untuk tidur.
***
        2 SMS dan 3 panggilan tak terjawab menghiasi layar HP ku pagi ini. 3 panggilan tak terjawab dan 1 SMS dari Nisa.
Papi, kamu kemana aja sih? Seharian gak ada sms apalagi nelpon. Telpon ku juga gak diangkat. Huh L
Aku dan Nisa biasa menggunakan Papi-Mami sebagai panggilan sayang kami. Lalu ku buka 1 SMS lainnya.
Pasti semalam pulsamu habis ya Dit? Hahaha, jadi gak enak aku.
***

        2 bulan 3 minggu sejak perkenalan ku dengan Danis. Kami semakin dekat, bahkan tidak jarang aku mengajaknya jalan. Danis suka bakso dan hampir semua warung bakso di kota ini sudah pernah aku kunjungi dengan Danis. Kami sudah seperti sepasang kekasih, padahal aku dan Danis sama-sama sudah punya pacar dan kami saling tahu itu.
        Selasa malam, aku online untuk mendownload modul materi kuliah sambil membuka Facebook. Sebentar- sebentar aku merefresh beranda Facebook ku. Kemudian ada sebuah tulisan yang mendebarkan jantung ku.
“Bintang Danish merubah statusnya dari Berpacaran menjadi Single”
       “Hah, Danis putusan?” ”Kenapa?” “Ah, barang kali ia hanya iseng merubah statusnya”. Banyak sekali pertanyaan yg menjejali fikiran ku hingga ingin langsung aku tanyakan pada Danis, tapi ku urungkan. Aku takut ia tersinggung.
        Keesokan harinya aku mengajak Danis keluar untuk makan malam. Seperti biasa, aku set profil HP ku menjadi silent. Aku tidak ingin ada yang mengganggu kencan kami. Usai makan, kami tidak langsung pulang. Banyak hal yang kami bicarakan malam itu. Termasuk perihal perubahan status Danis di Facebook. Ternyata memang benar adanya, Danis baru saja putus dengan kekasihnya. Malam semakin larut, seperti pembicaraan kami. Akhirnya kami pun pulang. Sesampainya di kost, ku buka HP ku. 2 SMS dan 3 panggilan tak terjawab yang semuanya dari Nisa. Aku lelah, ngantuk, lalu aku pun tidur.
***
       Sejak malam itu, aku dan Danis semakin dekat, berbanding terbalik dengan Nisa. Hubungan ku dengan Nisa semakin renggang, SMS darinya jarang aku balas, bahkan berbicara di telepon pun tidak pernah lagi. Sebagai wanita, tentu Nisa merasa kehilangan aku, kekasihnya.
       Di suatu malam, Nisa menelepon aku. Ia menanyakan perihal perubahan sikap ku yang drastis sekali. Aku katakan padanya aku sibuk kerja dan belajar untuk UAS. Tepat, ia tidak percaya dan akhirnya aku pun jujur. Ku ceritakan semua padanya. Tentang kedekatan ku dengan Danis, bahkan ketertarikan ku dengannya. Entah setan apa yang merasuki aku malam itu hingga aku tega mengatakan semua sedetil itu.
Hujan, deras sekali. Bukan di sini, melainkan di kampung halaman ku, tepatnya di sepasang mata Nisa. Aku bisa merasakannya, dari suaranya. Tak ada yang bisa ku lakukan selain mengucap kata ‘maaf’.
***
      Minggu. Danis dan aku sama-sama libur bekerja. Danis dan aku sama-sama sedang single. Danis dan aku sama-sama saling suka, itu yang ada di fikiran ku. Pagi itu terasa lebih cerah, juga indah. Seperti yang sudah kami janjikan di malam sebelumnya, aku dan Danis akan pergi ke pantai. Rencananya aku akan menyatakan perasaan ku di pantai nanti.
      Air laut sedang surut. Kami pun bisa menyusuri garis pantai dengan motor. Akhirnya kami berhenti di bawah sebuah pohon rindang. Kami duduk diatas sebatang pohon cemara yang tumbang. Angin pantai memain-mainkan rambut Danis, hingga menutupi matanya. Aku rapikan rambutnya dengan jemari ku. Dia menatap mata ku, kami saling tatap. Lalu dia tersipu, dan aku pun tersenyum malu.
      Sementara asik bercanda sambil menikmati suasana pantai, ada daun kering jatuh dari pohon yang menaungi kami, tepat di tangan Danis. Pembicaraan kami terhenti, spontan aku memungut daun itu dan berkata pada Danis.
“Nis, kamu tau nggak kenapa daun ini jatuh?”
“entahlah Dit, mungkin karena ditiup angin, kan anginnya kencang”
“kamu benar, tapi bukan hanya angin yang njatuhin daun ini. Yang paling berperan adalah waktu. Waktu yang menjadikannya kering, rapuh, lalu jatuh. Sama seperti cinta. Waktulah yang paling hebat bisa merubah segalanya, menjatuhkannya.”
“ngomong apa sih kamu Dit? Kayak pujangga aja.”
Ku raih sepasang tangan Danish, ku ganggam.  Dia kaget lalu menatap ku, kami saling tatap.
“Nis, kita sudah lama saling kenal. Banyak hal yang sudah kita jalani sama-sama. Waktu membuat aku jatuh, jatuh cinta. Nis, aku sayang kamu. Aku cinta kamu. Aku ingin kamu menjadi kekasihku. Kamu mau kan Nis?”
Hening. Waktu seakan jeda untuk beberapa saat. Danis menarik tangannya.
“Maaf Dit, aku gak bisa. Aku gak bisa jawab sekarang. Kasih aku waktu!”
***
       Seminggu lebih sudah berlalu sejak hari itu. Belum ada kabar dari Danis. SMS dan telepon dari ku pun tidak pernah dijawab. Hingga suatu malam, hujan, deras sekali. Dan aku baru saja selesai menonton TV. Aku masuk ke kamar untuk tidur. Sambil rebahan, ku raih HP di meja samping ranjang ku. 2 SMS dan 3 panggilan tak terjawab. Panggilan tak terjawab ketiganya dari Nisa. Lalu ku buka SMS pertama, dari Nisa:
Pi, ini berita bagus. Buat mu, juga buat aku. Aku sepenuhnya  sudah bisa ikhlasin kamu pergi. Minggu lalu aku ketemu dengan mantan ku waktu sekolah dulu, dan sore tadi kami resmi balikan.
      Bibirku tersenyum kecil, tapi ada sedikit nyeri di sekitar ulu hati. Entahlah, mungkin ada satu sisi di hati ku yang merasa kehilangan. Lalu ku buka SMS satunya, dari Danis:
Dit, sebelumnya aku minta maaf karna selama ini seolah menjauh dari kamu. Aku hanya perlu waktu sendiri, untuk berfikir menjawab pertanyaan mu hari itu. Dit, aku tau selama ini kita deket, banget malah. Tapi aku sadar, gak ada perasaan sayang atau semacamnya yg aku rasain. Jantung ku tak menemukan debarnya di diri mu. Mungkin selama ini aku respect sama kamu lantaran aku kesepian dan aku butuh teman. Sekali lagi maaf Dit, aku gak bisa terima cinta kamu.
***
*note: sebenarnya sudah lama saya ingin tulis cerita ini, tapi entahlah baru sekarang kesampaian.
* NB: ini cerita nyata dari seorang teman saya, tapi dengan sedikit modifikasi. :)

3 komentar:

  1. intinya..

    "jangan pernah ninggalin orang yang qm sayang demi orang yang qm suka, karna orang yang qm suka suatu hari nanti bakal ninggalin qm demi orang yang dia saiiank.."

    BalasHapus
  2. Melasmen to jek koncomu wi hahahaha

    BalasHapus

Temans