sepeninggalmu, aku selalu belajar menjadi penjahit hebat,
seperti ibumu.
aku ingin menjahit luka di dada ini serapi mungkin
agar tiada jejak yang kausisakan
yang barangkali kelak aku butuhkan untuk menuntaskan dendam.
setiap hujan atau malam, jemariku menari rapi
memainkan jarum yang lebih tajam dari lidah sebuah perpisahan
menyulam benang warna-warni, sepanjang jarak aku dan kamu, kini.
sejak aku mengenal sajak, jemariku semakin lentik.
aku semakin sering menjahit hingga kerap melupakan waktu yang semakin renta
kalimat, bagiku adalah benang paling panjang.
di punggungku, kujahitkan sepasang sayap warna merah.
kautahu? sayap itu milik kita dahulu
yang kaupatahkan sebelum fajar bangun dari tidurnya.
saat itu aku ingin membawamu terbang ke tempat cinta bisa di kekalkan
pada sepasang buku yang berisi sumpah janji-janji
dan foto aku dan kamu.
kalimat, bagiku adalah benang paling panjang.
di punggungku, kujahitkan sepasang sayap warna merah.
kautahu? sayap itu milik kita dahulu
yang kaupatahkan sebelum fajar bangun dari tidurnya.
saat itu aku ingin membawamu terbang ke tempat cinta bisa di kekalkan
pada sepasang buku yang berisi sumpah janji-janji
dan foto aku dan kamu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar